Pages

Gubernur yang Zuhud yang menjadi Kuli di Pasar..

Di antara sejumlah peperangan yang paling dahsyat adalah
Perang Khandaq. Kala itu kaum Yahudi Madinah melakukan persekongkolan dengan musyrikin Makkah yang terdiri atas berbagai golongan, dan bergabung menjadi satu untuk
menghancurkan umat Islam di Madinah.Blokade dilakukan oleh tentara gabungan itu, didukung dengan sabotase dari dalam oleh orang-orang Yahudi. Umat Madinah sudah mulai dihinggapi kelelahan dan putus asa, kelaparan dan kehilangan semangat, sementara setiap saat tentara musuh bakal menyerbu dengan sengit.

Dalam kekalutan itulah muncul sebuah nama ke permukaan, nama yang tadinya tidak terlalu diperhitungkan milik seorang
mualaf muda kelahiran negeri Persia. Ia adalah Salman yang
dijuluki al Farisi sesuai tanah
tumpah darahnya. Pemuda ini
menyarankan agar digali parit
panjang dan dalam melingkari kota Madinah.

Rasulullah menyambut gagasan itu dengan gembira. Dan itulah awal kebangkitan semangat umat Islam untuk
mempertahankan kedaulatannya dan awal kehancuran musuh- musuh umat Islam. Sejak itu nama Salman al Farisi mencuat naik.
Di zaman pemerintahan Umar bin Khaththab, Salman mendaftarkan diri untuk ikut dalam ekspedisi militer ke Persia. Ia ingin membebaskan bangsanya dari genggaman kelaliman Kisra Imperium Persia yang mencekik rakyatnya dengan penindasan
dan kekejaman. Untuk membangun istana Iwan Kisra saja, ribuan rakyat jelata terpaksa dikorbankan, tidak setitik pun rasa iba terselip di hati sang raja. Di bawah pimpinan Panglima
Sa'ad bin Abi Waqash, tentara muslim akhirnya berhasil menduduki Persia, dan menuntun rakyatnya dengan bijaksana menuju kedamaian Islam.

Di Qadisiyah, keberanian dan
keperwiraan Salman al Farisi
sungguh mengagumkan sehingga kawan dan lawan menaruh menaruh hormat padanya. Tapi bukan itu yang membuat Salman meneteskan air mata keharuan pada waktu ia menerima kedatangan kurir Khalifah dari Madinah. Ia merasa jasanya belum seberapa besar, namun Khalifah telah dengan
teguh hati mengeluarkan
keputusan bahwa Salman
diangkat menjadi amir negeri
Madain.

Umar secara bijak telah
mengangkat seorang amir yang berasal dari suku dan daerah setempat. Oleh sebab itu ia tidak ingin mengecewakan pimpinan
yang memilihnya, lebih-lebih ia tidak ingin dimurkai Allah karena tidak menunaikan kewajibannya secara bertanggung jawab. Maka Salman sering berbaur di
tengah masyarakat tanpa
menampilkan diri sebagai amir. Sehingga banyak yang tidak tahu bahwa yang sedang keluar masuk pasar, yang duduk-duduk di kedai kopi bercengkrama dengan para kuli itu adalah sang
gubernur.

Pada suatu siang yang terik,
seorang pedagang dari Syam
sedang kerepotan mengurus
barang bawaannya. Tiba-tiba ia melihat seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian lusuh. Orang itu segera dipanggilnya;
"Hai, kuli, kemari! Bawakan
barang ini ke kedai di seberang jalan itu." Tanpa membantah sedikitpun,
dengan patuh pria berpakaian
lusuh itu mengangkut bungkusan berat dan besar tersebut ke kedai yang dituju.Saat sedang menyeberang jalan, seseorang mengenali kuli tadi. Ia segera
menyapa dengan hormat, "Wahai, Amir. Biarlah saya yang mengangkatnya."
Si pedagang terperanjat seraya bertanya pada orang itu, "Siapa dia?, mengapa seorang kuli kau panggil Amir?". Ia menjawab,
"Tidak tahukah Tuan ,
kalau orang itu adalah gubernur kami?". Dengan tubuh lemas seraya membungkuk- bungkuk ia memohon maaf pada ' kuli
upahannya' yang ternyata
adalah Salman al Farisi ."Ampunilah saya, Tuan. Sungguh saya tidak tahu. Tuan adalah amir negeri Madain, " ucap si pedagang. " Letakkanlah barang itu, Tuan. Biarlah saya
yang mengangkutnya sendiri." Salman menggeleng, "Tidak,
pekerjaan ini sudah aku
sanggupi, dan aku akan membawanya sampai ke kedai yang kau maksudkan."Setelah
sekujur badannya penuh dengan keringat, Salman menaruh barang bawaannya di kedai itu, ia lantas berkata, "Kerja ini tidak ada hubungannya dengan
kegubernuranku. Aku sudah
menerima dengan rela
perintahmu untuk mengangkat barang ini kemari. Aku wajib melaksanakannya hingga selesai. Bukankah merupakan kewajiban setiap umat Islam untuk meringankan beban
saudaranya?"Pedagang itu
hanya menggeleng. Ia tidak mengerti bagaimana seorang
berpangkat tinggi bersedia
disuruh sebagai kuli. Mengapa
tidak ada pengawal atau tanda- tanda kebesaran yang
menunjukkan kalau ia seorang gubernur?.Ia barangkali belum tahu, begitulah seharusnya sikap
seorang pemimpin menurut
ajaran Islam. Tidak bersombong diri dengan kedudukannya, malah
merendah di depan rakyatnya. Karena pada hakekatnya,
ketinggian martabat pemimpin justru datang dari rakyat dan bawahannya.
Sukses dengan amal <http://muz-cinemax.blogspot.com>

Nasihat Rasulullah SAW Untuk Putrinya Fatimah Az-Zahra (Wanita Muslimah)

Berikut ini beberapa nasihat Rasulullah SAW untuk putrinda kesayangannya; Fatimah az-Zahra dan wanita muslimah lainnya. Dari nasihat tersebut terungkap konsep kebahagiaan rumah tangga. Suatu hari Rasulullah SAW menyempatkan diri berkunjung ke rumah Fatimah az-Zahra. Setiba dirumah putri kesayangannya itu, Rasulullah SAW berucap salam kemudian masuk. Ketika itu didapatinya Fatimah tengah menangis sambil menggiling syair (sejenis gandum) dengan penggilingan tangan dari batu. Seketika itu Rasulullah SAW bertanya,

"Duhai Fatimah,apa gerangan yang membuat engkau menangis?.Semoga Allah tidak menyebabkan air matamu berderai."

Jawab Fatimah,

"Wahai Rasulullah…penggilingan dan urusan rumah tangga inilah yang menyebabkan ananda menangis."

Lalu duduklah Rasulullah SAW disisi Fatimah. Kemudian Fatimah melanjutkan,

"Duhai Ayahanda,sudikah kiranya Ayah minta kepada Ali; suamiku; mencarikan seorang jariah (hamba perempuan) untuk membantu ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan rumah?".

Maka bangkitlah Rasulullah SAW mendekati penggilingan itu. Dengan tangannya,beliau mengambil sejumput gandum lalu diletakkannya dipenggilingan tangan seraya membaca Basmalah. Ajaib..!!,dengan ijin Allah penggilinan tersebut berputar sendiri. Sementara penggilingan itu berputar,Rasulullah SAW bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa,sehingga habislah bulir-bulir gandum itu tergiling.

"Berhentilah berputar atas izin Allah SWT,"

maka penggilingan itupun berhenti berputar. Lalu dengan izin Allah,penggilingan itu berkata-kata dalam bahasa manusia.

"Ya Rasulullah SAW..,demi Allah yang telah menjadikan Tuan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya. Kalaulah Tuan menyuruh hamba menggiling gandum dari timur hingga barat pun niscaya hamba akan gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT,

'Hai orang-orang yang beriman,peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya (dari) manusia dan batu. Penjaganya para malaikat yang kasar lagi keras,yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan'.

Maka hamba takut ya Rasulullah…kelak hamba menjadi batu dalam neraka."

Dan bersabdalah Rasulullah SAW,

"Bergembiralah,karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fatimah az-Zahra didalam surga".

Maka bergembiralah penggilingan batu itu,kemudian diamlah ia.

Nasihat Rasulullah Untuk Para Wanita
Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada Fatimah,

"Jika Allah SWT menghendaki, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Tapi Allah menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh-Nya beberapa kesalahanmu, dan diangkat-Nya beberapa derajat untukmu. Wanita yang menggiling tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah SWT menuliskan setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat".

Lalu Rasulullah meneruskan nasihatnya,

"Wahai Fatimah, wanita yang berkeringat ketika menggiling gandum untuk suaminya, Allah menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh parit.

- Wanita yang meminyaki dan menyisir rambut anak-anaknya serta mencuci pakaian mereka, Allah mencatat pahala seperti orang yang memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang telanjang.

- Sedangkan wanita yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya, Allah akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautsar dihari kiamat".

Rasulullah SAW masih meneruskan,

"Wahai Fatimah,yang lebih utama dari semua itu adalah keridaan suami terhadap istrinya. Jika suamimu tidak rida,aku tidaklah mendoakan kamu. Tidaklah engkau ketahui,rida suami adalah rida Allah SWT, dan kemarahan suami adalah kemarahan Allah SWT?".

"- Apabila seorang wanita mengandung janin, beristighfarlah para malaikat, dan Allah mencatat tiap hari seribu kebaikan dan menghapus seribu kejahatan.

- Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan, Allah mencatat pahala seperti orang-orang yg berjihad.

- Apabila ia melahirkan, keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaan saat ibunya melahirkannya.

- Apabila ia meninggal, tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun. Kelak akan didapati kuburnya sebagai taman dari taman-taman surga, dan Allah mengaruniakan pahala seribu haji dan seribu umroh. Dan beristighfarlah seribu malaikat sampai hari kiamat ".

"Wahai Fatimah, wanita yg melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar, Allah SWT menghapuskan dosa-dosanya. Dan Allah SWT akan mengenakannya seperangkat pakaian hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut ditubuhnya seribu kebaikan. Wanita yang tersenyum dihadapan suaminya, Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat".

"Wahai Fatimah, wanita yang menghamparkan alas untuk berbaring, atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati, berserulah para malaikat untuknya, "Teruskanlah amalmu,maka Allah SWT telah mengampunimu dari dosa yang lalu dan yang akan datang."

"Wahai Fatimah, wanita yang mengoleskan minyak pada rambut dan jenggot suaminya, serta rela memotong kumis dan menggunting kuku suaminya, Allah SWT memberinya minuman dari sungai-sungai surga. Allah SWT meringankan sakaratul mautnya, dan kuburnya akan menjadi taman-taman disurga. Allah SWT akan menyelamatkan wanita itu dari api neraka, selamat dari titian

Tentang bid'ah

1. Al Muhaddits Al Imam
Muhammad bin Idris Assyafii
rahimahullah (Imam Syafii)
Berkata Imam Syafii bahwa
bid'ah terbagi 2, yaitu Bid'ah
Mahmudah (terpuji) dan Bid'ah
Madzmumah (tercela), maka
yang sejalan dengan sunnah
maka ia terpuji, dan yang tidak
selaras dengan sunnah adalah
tercela, beliau berdalil dengan
ucapan Umar bin Khattab ra
mengenai shalat tarawih :
"inilah sebaik baik bid'ah".
(Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal
86-87)
2. Al Imam Al Hafidh
Muhammad bin Ahmad Al
Qurtubiy rahimahullah
"Menanggapi ucapan ini
(ucapan Imam Syafii), maka
kukatakan (Imam Qurtubi
berkata) bahwa makna hadits
Nabi saw yang berbunyi :
"seburuk - buruk
permasalahan adalah hal yang
baru, dan semua bid'ah adalah
dhalalah" (wa syarrul umuuri
muhdatsaatuha wa kullu
bid'atin dhalaalah), yang
dimaksud adalah hal – hal yang
tidak sejalan dengan Alqur'an
dan Sunnah Rasul saw, atau
perbuatan Sahabat
radhiyallahu 'anhum, sungguh
telah diperjelas mengenai hal
ini oleh hadits lainnya :
"Barangsiapa membuat buat
hal baru yang baik dalam
Islam, maka baginya pahalanya
dan pahala orang yang
mengikutinya dan tak
berkurang sedikitpun dari
pahalanya, dan barangsiapa
membuat buat hal baru yang
buruk dalam Islam, maka
baginya dosanya dan dosa
orang yang
mengikutinya" (Shahih Muslim
hadits No.1017) dan hadits ini
merupakan inti penjelasan
mengenai bid'ah yang baik dan
bid'ah yang sesat". (Tafsir
Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)
3. Hujjatul Islam Al Imam Abu
Zakariya Yahya bin Syaraf
Annawawiy rahimahullah
(Imam Nawawi)
Penjelasan mengenai hadits :
"Barangsiapa membuat buat
hal baru yang baik dalam
Islam, maka baginya pahalanya
dan pahala orang yang
mengikutinya dan tak
berkurang sedikitpun dari
pahalanya, dan barangsiapa
membuat – buat hal baru yang
buruk dalam Islam, maka
baginya dosanya". Hadits ini
merupakan anjuran untuk
membuat kebiasaan -
kebiasaan yang baik, dan
ancaman untuk membuat
kebiasaan yang buruk, dan
pada hadits ini terdapat
pengecualian dari sabda beliau
saw : "semua yang baru adalah
Bid'ah, dan semua yang bid'ah
adalah sesat", sungguh yang
dimaksudkan adalah hal baru
yang buruk dan bid'ah yang
tercela". (Syarh Annawawi 'ala
Shahih Muslim juz 7 hal
104-105)
Dan berkata pula Imam
Nawawi : "Bahwa Ulama
membagi bid'ah menjadi 5,
yaitu bid'ah yang wajib, bid'ah
yang mandub, bid'ah yang
mubah, bid'ah yang makruh
dan bid'ah yang haram.
Bid'ah yang wajib contohnya
adalah mencantumkan dalil –
dalil pada ucapan – ucapan
yang menentang
kemungkaran. Contoh bid'ah
yang mandub (mendapat
pahala bila dilakukan dan tak
mendapat dosa bila
ditinggalkan) adalah membuat
buku - buku ilmu syariah,
membangun majelis taklim dan
pesantren. Dan Bid'ah yang
mubah adalah bermacam –
macam dari jenis makanan,
dan Bid'ah makruh dan haram
sudah jelas diketahui.
Demikianlah makna
pengecualian dan kekhususan
dari makna yang umum,
sebagaimana ucapan Umar ra
atas jamaah tarawih bahwa
"inilah sebaik - sebaiknya
bid'ah". (Syarh Imam Nawawi
ala Shahih Muslim Juz 6 hal
154-155)

Gombal Calon Mertua

> Berani ngelamar anak saya, kerjaan kamu apa?
- Saya pedagang softek, Om.
> Apa hebatnya?
- Tentu saja saya bisa jadi pembalut luka hati anak Om...
> Halah! MBELGEDESS!!

*****

> Berani ngelamar anak saya, kamu kerja apa?
- Dulu saya kerja bikin lemari Om, tp sudah berhenti. Karena sekarang saya pengen kerja bikin cucu untuk Om..
> Cangkemmuu!!! *dilempar sepatu AP*

*****

> Berani ngelamar anak saya, kerjaan kamu apa?
- Saya pengangguran Om, udah bosan ngelamar kerja, makanya mau ngelamar anak Om aja, boleh to?
> Hahaha... Ngimpi! *banting blangkon*

*****

> Berani ngelamar anak saya, kerjaan kamu apa?
- Saya sales Charm Body Fit, Om. Pastinya nanti saya sanggup meng-antikerut antibocor-kan kehidupan anak Om..
> Wogh, dasar bocah edian!

*****

> Berani ngelamar anak saya, kerjaan kamu apa?
- Saya tukang cat, Om. Saya sanggup bikin hari2 anak Om lebih berwarna..
> *muntah warna wani*

*****

> Berani ngelamar anak saya, kamu siapa?
- Saya orang ga punya, Om. Yang saya punya hanyalah cinta...
> Preeeeet! Makan tuh cinta!!

*****

> Berani ngelamar anak saya, kerjaan kamu apa?
- Saya sutradara, Om. Saya pastikan drama rumah tangga saya dengan anak Om bakal happy ending.
> Lambemu..

*****

> Berani ngelamar anak saya, kerjaan kamu apa?
- Saya tukang jahit, Om. Saya bisa menjahit & menyatukan hati anak Om dgn hati saya.
> Ndasmu benjut kui!

*****

> Ber4ni nGeL4m4R aNak saYaH, K4moh tuH c4P4h c1H?
- Buset, Om. Saya ga alay, Om!! *nyebur comberan*

*****

> Berani ngelamar anak saya kamu siapa?
- Sudrun, Om
> Rumahmu dimana?
- Ditinggal, Om
> Nah, kamu tinggalnya dimana?
- Di rumah, Om
> DRUN, KAMU UDAH PERNAH DIBACOK KERIS BENGKOK BELUM?!

*****

> Kerja apa kamu berani lamar anak saya?
- Kuli bangunan, Om
> Cuih! Kuli bangunan?!
- Eits.. Saya pasti bisa membangun rumah tangga yg harmonis Om..
> Halah! Gombalmukiyo.. OMBLOUK!!

*****

> Mau apa kamu ke sini?
- Mau ngelamar anak Om..
> Saya tidak punya anak perempuan..
- Lha itu yg lagi nyiram kembang bukan anak Om?
> Itu istriku..!! Guoobloggh...
- Waduh maap, izin lari ya Om..

*****

> Berani ngelamar anak saya kamu siapa?
- Saya anak raja, Om..
> Wah mantab, raja mana nih?
- Raja hutan Om, kwukwukwuk... *lari lagi* *nabrak pager kawat* *mati*

*****

> Mau apa kesini?
- Mau ngelamar anak Om
> Kenapa mau?
- Saya cinta dia
> Kenapa cinta?
- Dia cantik
> Kenapa dia cantik?
- Dia pintar merawat diri
> Kenapa dia pintar merawat diri?
- GELUT YUK OM! GELUUTT!! *nendang meja kursi lemari*

*****

> Pekerjaanmu?
- Ga kerja Om
> Emang kamu siapa?
- Bukan siapa2 Om
> Lha, trus ke sini mau apa?
- Ga mau apa2 Om... *pasang selop* *kemudian pulang* *naik komodo*

*****

> Berani ngelamar anak saya kamu siapa?
- Nah itu dia masalahnya Om, saya sendiri tidak tau saya ini sebenarnya siapa? Who am i?
> Wasyuik! *nelan monyet*

*****

> Mau ngapain kamu ke sini?
- Melamar anak Om
> Anak saya itu sudah mati 5 tahun lalu..
- Gapapa Om. Saya sendiri juga sudah mati sejak 7 tahun yg lalu kok..
> HAH? *pingsan ngangkang*

Mendahulukan Orang Lain

mengutamakan orang lain (itsar)
itu terbagi menjadi tiga macam :

Pertama: Yang terlarang
Yaitu engkau mengutamakan selainmu dalam perkara wajib. Seperti ini tidak
dibolehkan.
Misalnya:
Jika kamu mempunyai air yang cukup untuk wudhu seorang saja, dan engkau
tidak dalam keadaan telah berwudhu. Dan di sana ada temanmu yang juga belum
berwudhu, sedangkan air itu adalah milikmu. Entah temanmu yang berwudhu
dengan air sedangkan engkau bertayammum, atau engkau berwudhu sedangkan
temanmu bertayammum. Dalam keadaan ini engkau tidak boleh memberikan air
kepadanya sedangkan engkau bertayammum, karena engkau yang memperoleh dan
memiliki air itu. Dan tidak boleh berpindah dari wudhu dengan air kepada
tayammum kecuali bagi orang yang tidak punya air.
Mengutamakan orang lain dalam perkara wajib seperti ini adalah haram, tidak
dibolehkan karena hal itu akan menyebabkan pengguguran kewajiban atasmu.

Kedua: Yang makruh (atau mubah menurut sebagian ulama)
Yaitu mengutamakan orang lain dalam perkara-perkara yang hukumnya
mustahab (sunnah). Sebagian ulama telah memakruhkannya, sebagian lagi
membolehkannya. Namun meninggalkannya adalah lebih utama tanpa diragukan
lagi jika terdapat maslahat.
Misalnya:
Engkau mengutamakan orang selainmu dalam shaf pertama yang kamu sudah
berada di sana. Misalnya engkau berada di shaf pertama dalam shalat.
Kemudian seseorang masuk kemudian engkau pindah dari tempatmu dan
memberikan tempatmu padanya. Sebagian ulama memakruhkan hal ini. Mereka
mengatakan, "Ini adalah bukti bahwa seseorang membenci kebaikan. Sedangkan
membenci kebaikan adalah makruh, karena bagaimana engkau mendahulukan
selainmu ke tempat yang utama, padahal engkau lebih berhak dengannya
daripada dia?"
Sebagian ulama mengatakan,"Meninggalkan perbuatan itu lebih utama jika
terdapat maslahat. Seperti misalnya, kalau bapakmu (yang datang) dan engkau
kawatir dalam hatinya terjadi sesuatu atasmu, kemudian engkau mendahulukan
dia di tempatmu yang utama. Maka ini tidaklah mengapa"
Ketiga : Yang mubah dan kadang menjadi mustahab (sunnah)
Yaitu bila engkau mengutamakan selainmu dalam perkara selain ibadah, yaitu
engkau mendahulukan dia atas dirimu dalam perkara selain perkara ibadah.
Misalnya:
Engkau mempunyai makanan sedangkan engkau lapar, kemudian temanmu juga
lapar seperti kamu. Dalam keadaan ini jika engkau mendahulukan dia, maka
engkau terpuji atas pengutamaan ini, karena firman Allah
Ta'ala ketika menyebutkan keutamaan kaum Anshor, "
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman
(Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai
orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tidak
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas
diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan." (QS. Al-Hasyr : 9)
Sisi sikap mereka mendahulukan yang lain daripada diri mereka sendiri bahwa
orang-orang Muhajirin ketika datang ke Madinah, orang-orang Anshar
menyambut mereka dengan pemuliaan dan penghormatan dan mendahulukan mereka
dalam harta benda, sampai sebagian mereka berkata kepada saudaranya orang
Muhajirin, "
Jika engkau ingin aku mengalah dari salah satu istriku untukmu, aku akan
menceraikannya lalu kuberikan padamu." Maksudnya dia mentalaqnya kemudian
orang Muhajirin itu menikahi bekas istrinya setelah habis masa iddahnya.
Dan ini termasuk sikap pemuliaan mereka radhiyallahu 'anhum yang
mendahulukan saudara-saudara orang Muhajirin dari diri mereka sendiri.
Dan Allah Ta'ala berfirman,
‫وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا‬
"
Dan mereka memberikan
makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan." (QS.
Al-Insan : 8)
Maksudnya, mereka memberi makan orang miskin, anak yatim dan tawanan
padahal mereka menyukainya. Mereka meninggalkan diri-diri mereka. Dan
ini juga termasuk mengutamakan orang lain"

Kisah-kisah Itsar yang Mengagumkan
Telah terdapat kisah-kisah tentang kuatnya sikap itsar yang sangat
mengagumkan
dari para generasi terbaik sepanjang zaman, sikap mengagumkan dari para
murid-murid Nabi saw, yaitu para sahabat radhiyallahu'anhum, betapa mereka
benar-benar mempraktekkan di kehidupan sehari-hari mereka sikap
mendahulukan orang lain daripada diri mereka sendiri.
Kemuliaan mereka para sahabat disebutkan oleh Nabi saw"Sebaik-baik manusia
adalah yang ada pada zamanku (sahabat) , kemudian setelah mereka (Tabi'in),
kemudian setelah mereka
(Tabi'ut tabi'in)" (HR. Bukhari no.3651, Muslim no.2533)
Kisah pertama: Kisah tiga orang sahabat nabi yang terluka ketika Perang
Yarmuk
Dari Abdullah bin Mush'ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit, keduanya
menceritakan, "Telah syahid pada perang Yarmuk al-Harits bin Hisyam,
Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr. Mereka ketika itu akan diberi
minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis, namun semuanya saling menolak
Ketika salah satu dari mereka akan diberi minum dia berkata, "Berikan
dahulu kepada si fulan", demikian seterusnya sehinga semuanya meningal dan
mereka belum sempat meminum air itu. Dalam versi lain perawi
menceritakan "Ikrimah meminta air minum, kemudian ia melihat Suhail sedang
memandangnya, maka Ikrimah berkata, " Berikan air itu kepadanya." Dan
ketika itu Suhail juga melihat al-Harits sedang melihatnya, maka iapun
berkata, "Berikan air itu
kepadanya (al Harits)".
Namun belum sampai air itu kepada al Harits, ternyata ketiganya telah
meninggal tanpa sempat merasakan air tersebut (sedikitpun). (HR Ibnu Sa'ad
dalam ath Thabaqat dan Ibnu Abdil Barr dalam at Tamhid, namun Ibnu Sa'ad
menyebutkan Iyas bin Abi Rabi'ah sebagai ganti Suhail bin Amr)
Kedua: Kisah sahabat Nabi yang kedatangan tamu
Ada salah seorang sahabat yang kedatangan seorang tamu, kemudian sahabat
tersebut bertanya kepada
istrinya, "Apakah kamu memiliki sesuatu untuk
menjamu tamu. Istrinya pun menjawab, "Tidak ada hanya makanan yang cukup
untuk anak-anak kita". Lalu sahabat tersebut berkata "Sibukkanlah anak-anak
kita dengan sesuatu (ajak main), kalau mereka ingin makan malam, ajak
mereka tidur. Dan apabila tamu kita masuk (ke ruang makan), maka
padamkanlah lampu. Dan tunjukkan kepadanya bahwa kita sedang makan
bersamanya. Mereka duduk bersama, tamu tersebut makan, sedangkan mereka
tidur dalam keadaan menahan lapar. Tatkala pagi, pergilah mereka berdua
(sahabat dan istrinya) menuju Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Lalu
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memberitakan (pujian Allah Ta'ala
terhadap mereka berdua), "Sungguh Allah merasa heran/kagum dengan perbuatan
kalian berdua terhadap tamu kalian). maka Allah menurunkan ayat (QS. Al
Hasyr ayat 9)
(HR Bukhari dan Muslim)
Ketiga: Kisah sahabat Nabi yang diberi hadiah
Dari Ibnu Umar
radhiyallahu 'anhu berkata,"Salah seorang dari sahabat Nabi saw diberi
hadiah kepala kambing, dia lalu berkata, "Sesungguhnya fulan dan
keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita." Ibnu Umar
mengatakan, "Maka ia kirimkan hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara
terus menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang kepada yang lain hingga
berputar sampai tujuh rumah, dan akhirnya kembali kepada
orang yang pertama kali
memberikan." (Riwayat
al Baihaqi dalam asy Syu'ab 3/259)
Subhanallah, inilah akhlak generasi terbaik sepanjang masa, inilah teladan
yang benar-benar dibutuhkan di masa ini, agar benar-benar terjalin
persaudaraan yang kuat, ukhuwah yang erat, serta mendatangkan <a
href="http://muz-cinemax.blogspot.com/2012/09/kebahagiaan-dalam-pandangan-islam.html">berkah
</a> dan rahmat dari Allah Rabbul 'alamiin. Mudah
-mudahan kita di mudahkan
oleh Allah Ta'ala di dalam meneladani Nabi shallallahu'alaihi wa sallam dan
para sahabat radhiyallahu 'anhum dan di kumpulkan bersama mereka di
Jannatin Na'im (surga yang penuh kenikmatan).

BeberapaUmat Kristen PercayaYesus Menikah

Washington (AFP/ANTARA) -
Beberapa orang Kristen awal
percaya bahwa Yesus sendiri
menikah, ujar seorang profesor
Harvard mengatakan kepada
Kongres Internasional Studi
Koptik ke-10, Harvard Gazette
melaporkan pada Selasa.
Profesor Karen King, yang
mengajar di Harvard Divinity
School, mengumumkan adanya
sebuah teks dalam bahasa
Koptik kuno yang ditulis di
papirus (tanaman air yang
dikenal sebagai bahan untuk
membuat kertas pada zaman
kuno) termasuk kata-kata:
"Yesus berkata kepada mereka,
istri saya."
"Tradisi Kristen sudah lama
berpendapat bahwa Yesus
tidak menikah, meskipun tidak
ada bukti sejarah yang dapat
diandalkan untuk mendukung
klaim itu," katanya kepada
kongres di Roma.
"Gospel baru ini tidak
membuktikan bahwa Yesus
pernah menikah, namun
memberitahu kita bahwa
seluruh pertanyaan ini hanya
datang sebagai bagian dari
perdebatan gencar tentang
seksualitas dan perkawinan.
"Dari awal, orang Kristen tidak
sependapat tentang apakah
lebih baik tidak menikah, tapi
setelah lebih dari satu abad
setelah kematian Yesus baru
mereka mulai
mempertanyakan ulang status
perkawinan Yesus untuk
mendukung posisi mereka,"
tambahnya.
Referensi terhadap pasangan
hidup di dunia bagi Kristus
pasti tidak sejalan dengan apa
yang banyak orang Kristen
percaya, tetapi keyakinan
umum tersebut tidak
terdokumentasi, King
menekankan.
"Keempat kata yang muncul di
fragmen tersebut
diterjemahkan menjadi 'Yesus
berkata kepada mereka, istri
saya,'" laporan itu melanjutkan.
Kata-kata, yang ditulis dalam
bahasa Koptik, bahasa orang
Kristen Mesir, berada pada
sebuah fragmen papirus
dengan besar sekitar 3,8 cm
sampai 7,6 cm, katanya.
Sementara beberapa ahli setuju
bahwa kata-kata di papirus
coklat kekuningan itu autentik,
namun, "penilaian akhir
(keaslian) fragmen berdasar
pada pemeriksaan oleh rekan-
rekan dan pengujian lebih
lanjut, terutama dari komposisi
kimia dari tinta," menurut
King.(yg/ml)

Hakikat Kebahagiaan

Kondisi senantiasa bahagia
dalam situasi apa pun, inilah.
yang senantiasa dikejar oleh
manusia. Manusia ingin hidup
bahagia. Hidup tenang,
tenteram, damai, dan sejahtera.
Sebagian orang mengejar
kebahagiaan dengan bekerja
keras untuk menghimpun
harta. Dia menyangka bahwa
pada harta yang berlimpah itu
terdapat kebahagaiaan.
Ada yang mengejar kebahagiaan
pada tahta, pada kekuasaan.
Beragam cara dia lakukan
untuk merebut kekuasaan.
Sehab menurtnya kekuasaan
identik dengan kebahagiaan
dan kenikmatan dalam
kehidupan. Dengan kekuasaan
sesrorang dapat berbuat
banyak.

Orang sakit
menyangka, bahagia terletak
pada kesehatan. Orang miskin
menyangka, bahagia terletak
pada harta kekayaan. Rakyat
jelata menyangka kebahagiaan
terletak pada kekuasaan. Dan
sangkaan-sangkaan lain.
Lantas apakah yang
disebut"bahagia' (sa'adah/
happiness)?
Selama ribuan tahun, para
pemikir telah sibuk
membincangkan tentang
kebahagiaan. Kebahagiaan
adalah sesuatu yang ada di
luar manusia, dan bersitat
kondisional. Kebahagiaan
bersifat sangat temporal. Jika
dia sedang berjaya, maka di
situ ada kebahagiaan. Jika
sedang jatuh, maka hilanglah
kebahagiaan. Maka. menurut
pandangan ini tidak ada
kebahagiaan yang abadi dalam
jiwa manusia.

Kebahagiaan itu
sifatnya sesaat, tergantung
kondisi eksternal manusia.
Inilah gambaran kondisi
kejiwaan masyarakat Barat
sebagai: "Mereka senantiasa
dalam keadaan mencari dan
mengejar kebahagiaan, tanpa
merasa puas dan menetap
dalam suatu keadaan.

Islam menyatakan bahwa
"Kesejahteraan' dan
"kebahagiaan" itu bukan
merujuk kepada sifat badani
dan jasmani insan, bukan
kepada diri hayawani sifat
basyari; dan bukan pula dia
suatu keadaan hayali insan
yang hanva dapat dinikmati
dalam alam fikiran belaka.
Keselahteraan dan
kebahagiaan itu merujuk
kepada keyakinan diri akan
hakikat terakhir yang mutlak
yang dicari-cari itu — yakni:
keyakinan akan Hak Ta'ala —
dan penuaian amalan yang
dikerjakan oleh diri
berdasarkan keyakinan itu dan
menuruti titah batinnya.'
Jadi, kebahagiaan adalah
kondisi hati yang dipenuhi
dengan keyakinan (iman) dan
berperilaku sesuai dengan
keyakinannya itu.

Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat
mempertahankan
keimanannya meskipun dalam
kondisi disiksa. Imam Abu
Hanifah merasa bahagia
meskipun harus dijebloskan ke
penjara dan dicambuk setiap
hari, karena menolak diangkat
menjadi hakim negara. Para
sahabat nabi, rela
meninggalkan kampung
halamannya demi
mempertahankan iman. Mereka
bahagia. Hidup dengan
keyakinan dan menjalankan
keyakinan. Dan apa saja yang
diberikan kepada kamu, maka
itu adalah kenikmatan hidup
duniawi dan perhiasannva.
Sedang apa yang di sisi Allah
adalah lebih baik dan lebih
kekal. Apakah kamu tidak
memahaminya?


Menurut al-Ghazali, puncak
kebahagiaan pada manusia
adalah jika dia berhasil
mencapai ma'rifatullah", telah
mengenal Allah SWT.
Selanjutnya, al-Ghazali
menyatakan: "Ketahuilah
bahagia tiap-tiap sesuatu bila
kita rasakan nikmat,
kesenangan dan kelezatannya
mara rasa itu ialah menurut
perasaan masing-masing. Maka
kelezatan (mata) ialah melihat
rupa yang indah, kenikmatan
telinga mendengar suara yang
merdu, demikian pula segala
anggota yang lain dan tubuh
manusia.
Ada pun kelezatan hati ialah
ma'rifat kepada Allah, karena
hati dijadikan tidak lain untuk
mengingat Tuhan. Seorang
rakyat jelata akan sangat
gembira kalau dia dapat
herkenalan dengan seorang
pajabat tinggi atau menteri;
kegembiraan itu naik berlipat-
ganda kalau dia dapat
berkenalan yang lebih tinggi
lagi misalnya raja atau
presiden.
Maka tentu saja berkenalan
dengan Allah, adalah puncak
dari segala macam
kegembiraan. Lebih dari apa
yang dapat dibayangkan oleh
manusia, sebab tidak ada yang
lebih tinggi dari kemuliaan
Allah. Dan oleh sebab itu tidak
ada ma'rifat yang lebih lezat
daripada ma'rifatullah.

Ma'rifalullah adalah buah dari
ilmu. Ilmu yang mampu
mengantarkan manusia kepada
keyakinan. bahwa tiada Tuhan
selain Allah" (Laa ilaaha
illallah). Untuk itulah, untuk
dapat meraih kebahagiaan
yang abadi, manusia wajib
mengenal Allah. Caranya,
dengan mengenal ayat-ayat-
Nya, baik ayat kauniyah
maupun ayat qauliyah. Banyak
sekali ayat-ayat al-Quran yang
memerintahkan manusia
memperhatikan dan
memikirkan tentang fenomana
alam semesta, termasuk
memikirkan dirinya sendiri.

Disamping ayat-ayat kauniyah.
Allah SWT juga menurunkan
ayat-ayat qauliyah, berupa
wahyu verbal kepada utusan-
Nya yang terakhir, yaitu Nabi
Muhammad saw. Karena itu,
dalam QS Ali Imran 18-19,
disebutkan, bahwa orang-orang
yang berilmu adalah orang-
orang yang bersaksi bahwa
"Tiada tuhan selain Allah", dan
bersakssi bahwa
"Sesungguhnya ad-Din dalam
pandangan Allah SWT adalah
Islam."
Inilah yang disebut ilmu yang
mengantarkan kepada
peradaban dan kebahagiaan.

Setiap lembaga pendidikan.
khususnya lembaga
pendidikan Islam. harus
mampu mengantarkan sivitas
akademika-nya menuju kepada
tangga kebahagiaan yang
hakiki dan abadi. Kebahagiaan
yang sejati adalah yang terkait
antara dunia dan akhirat.
Kriteria inilah yang harusnya
dijadikan indikator utama,
apakah suatu program
pendidikan (ta'dib) berhasil
atau tidak. Keberhasilan
pendidikan dalam Islam bukan
diukur dari berapa mahalnya
uang hayaran sekolah; berapa
banyak yang diterima di
Perguruan Tinggi Negeri dan
sebagainya. Tetapi apakah
pendidikan itu mampu
melahirkan manusia-manusia
yang beradab yang mengenal
Tuhannya dan beribadah
kepada Penciptanya.

Manusia-manusia yang
berilmu seperti inilah yang
hidupnya hahagia dalam
keimanan dan keyakinan: yang
hidupnya tidak terombang-
ambing oleh keadaan. Dalam
kondisi apa pun hidupnya
bahagia, karena dia mengenal
Allah, ridha dengan
keputusanNya dan berusaha
menyelaraskan hidupnya
dengan segala macam
peraturan Allah yang
diturunkan melalui utusan-
Nya.

Karena itu kita paham, betapa
berbahayanya paham
relativisme kebenaran yang
ditaburkan oleh kaum liberal.
Sebab, paham ini menggerus
keyakinan seseorang akan
kebenaran. Keyakinan dan
iman adalah harta yang sangat
mahal dalam hidup. Dengan
keyakinan itulah, kata Igbal,
seorang Ibrahim a.s. rela
menceburkan dirinya ke dalam
api. Penyair besar Pakistan ini
lalu bertutur hilangnya
keyakinan dalam diri
seseorang. lebih buruk dari
suatu perbudakan.
Sebagai orang Muslim, kita
tentu mendambakan hidup
bahagia semacarn itu; hidup
dalam keyakinan: mulai
dengan mengenal Allah dan
ridha, menerima keputusan-
keputusan-Nya, serta ikhlas
menjalankan aturan-aturan-
Nya. Kita mendambakan diri
kita merasa bahagia dalam
menjalankan shalat, kita
bahagia menunaikan zakat, kita
bahagia bersedekah, kita
bahagia menolong orang lain,
dan kita pun bahagia
menjalankan tugas amar
ma'ruf nahi munkar. Dalam
kondisi apa pun. maka
"senangkanlah hatimu!" Jangan
pernah bersedih. "Kalau engkau
kaya. senangkanlah hatimu!
Karena di hadapanmu
terbentang kesempatan untuk
mengerjakan yang sulit-sulit
melalui hartamu. "Dan jika
engkau fakir miskin,
senangkan pulalah hatimu!
Karena engkau telah terlepas
dari suatu penyakit jiwa,
penyakit kesombongan yang
sering menimpa orang-orang
kaya. Senangkanlah hatimu
karena tak ada orang yang
akan hasad dan dengki
kepadamu lagi, lantaran
kemiskinanmu..."
"Kalau engkau dilupakan
orang, kurang masyhur,
senangkan pulalah hatimu!
Karena lidah tidak banyak
yang mencelamu, mulut tak
banyak mencacimu..."
Mudah-mudahan. Allah
mengaruniai kita ilmu yang
mengantarkan kita pada
sebuah keyakinan dan
kebahagiaan abadi, dunia dan
akhirat. Amin.

Kisah kematian Nabi Adam as

Kisah ini memberitakan kepada kita tentang saat-saat terakhir
kehidupan bapak kita Adam dan keadaannya pada saat sakaratul maut.
Para Malaikat memandikannya, memberinya wangi-wangian, mengkafaninya,
menggali kuburnya, menshalatkannya, menguburkannya dan menimbunnya
dengan tanah.



Mereka melakukan itu untuk memberikan pengajaran kepada anak cucu
sesudahnya, tentang bagaimana cara menangani orang mati.



NASH HADIS

Dari Uttiy bin Dhamurah As-Sa'di berkata, "Aku melihat seorang Syaikh
di Madinah sedang berbicara. Lalu aku bertanya tentangnya." Mereka
menjawab, "Itu adalah Ubay bin Kaab." Ubay berkata, "Ketika maut
datang menjemput Adam, dia berkata kepada anak-anaknya, 'Wahai
anak-anakku, aku ingin makan buah Jannah." Lalu anak-anaknya pergi
mencari untuknya. Mereka disambut oleh para Malaikat yang telah
membawa kafan Adam dan wewangiannya. Mereka juga membawa kapak, sekop,
dan cangkul.



Para Malaikat bertanya, "Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari?
Atau apa yang kalian mau? Dan ke mana kalian pergi?" Mereka menjawab,
"Bapak kami sakit, dia ingin makan buah dari Jannah." Para Malaikat
menjawab, "Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba."



Lalu para Malaikat datang. Hawa melihat dan mengenali mereka, maka dia
berlindung kepada Adam. Adam berkata kepada Hawa, "Menjauhlah dariku.
Aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan Malaikat
Tuhanku

Tabaraka wa Taala." Lalu para Malaikat mencabut nyawanya,
memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan
kuburnya dengan membuat liang lahat di kuburnya, menshalatinya. Mereka
masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam di dalamnya, lalu mereka
meletakkan bata di atasnya. Kemudian mereka keluar dari kubur, mereka
menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata, "Wahai Bani Adam, ini
adalah sunnah kalian."



TAKHRIJ HADIS

Hadis ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam Zawaidul
Musnad, 5/136.

Ibnu Katsir setelah menyebutkan hadis ini berkata, Sanadnya shahih
kepadanya." (Yakni kepada Ubay bin Kaab). Al-Bidayah wan Nihayah,
1/98. Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad.
Rawi-rawinya adalah rawi-rawi hadis shahih, kecuali Uttiy bin
Dhamurah. Dia adalah rawi tsiqah." Majmauz Zawaid, 8/199.



Hadis ini walaupun

mauquf (sanadnya tidak sampai pada Nabi

Shallallahu 'alaihi wa Salam) pada Ubay bin Kaab, tetapi mempunyai
kekuatan hadis

marfu', karena perkara seperti ini tidak membuka peluang bagi akal
untuk mengakalinya.



PENJELASAN HADIS

Hadis ini menceritakan berita bapak kita, Adam manakala maut datang
menjemputnya -Adam rindu buah

Jannah. Ini menunjukkan betapa cinta Adam kepada

Jannah dan kerinduannya untuk kembali kepadanya. Bagaimana dia tidak rindu

Jannah, sementara dia pernah tinggal di dalamnya, merasakan kenikmatan
dan keenakannya untuk beberapa saat.



Bisa jadi keinginan Adam untuk makan buah

Jannah merupakan tanda dekatnya ajal. Sebagian hadis menyatakan bahwa
Adam mengetahui hitungan tahun-tahun umurnya. Dia menghitung umurnya
yang telah berlalu. Nampaknya dia mengetahui bahwa tahun-tahun umurnya
telah habis. Perpindahannya ke alam Akhirat telah dekat. Dan tanpa
ragu, Adam mengetahui bahwa anak-anaknya tidak mungkin memenuhi
permintaannya. Mana mungkin mereka bisa menembus

Jannah lalu memetik buahnya. Anak-anak Adam juga menyadari hal itu.
Akan tetapi, karena rasa bakti mereka kepada bapak mereka, hal itulah
yang mendorong mereka untuk berangkat mencari.



Belum jauh anak-anak Adam meninggalkan bapaknya, mereka telah dihadang
oleh beberapa Malaikat yang menjelma dalam wujud orang laki-laki.
Mereka telah membawa perlengkapan untuk menyiapkan orang mati.



Para Malaikat memperagakan apa yang dilakukan oleh kaum muslimin
terhadap jenazah seperti pada hari ini. Mereka membawa kafan,
wewangian, juga membawa kapak, cangkul, dan sekop yang lazim
diperlukan untuk menggali kubur.



Ketika anak-anak Adam menyampaikan tujuan mereka dan apa yang mereka
cari, para Malaikat meminta mereka untuk pulang kepada bapak mereka,
karena bapak mereka telah habis umurnya dan ditetapkan ajalnya.



Manakala para Malaikat maut datang kepada Adam, Hawa mengenalinya
sehingga dia berlindung kepada Adam. Sepertinya Hawa hendak membujuk
Adam agar memilih hidup di dunia, karena para Rasul tidak diambil
nyawanya sebelum mereka diberi pilihan (antara kehidupan dunia dan
Akhirat .pen) sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa Salam kepada kita. Adam tidak menggubris dan
menghardiknya dengan berkata, "Menjauhlah dariku, karena aku pernah
melakukan dosa karenamu." Adam mengisyaratkan rayuan Hawa untuk makan
pohon yang dilarang semasa keduanya berada di Jannah.



Para Malaikat mengambil ruh Adam. Mereka sendirilah yang mengurusi
jenazahnya dan menguburkannya, sementara anak-anak Adam melihat
mereka. Para Malaikat itu memandikannya, mengkafaninya, memberinya
wangi-wangian, menggali kuburnya, membuat liang lahat, menshalatinya,
masuk ke kuburnya, meletakkannya di dalamnya, lalu mereka menutupnya
dengan bata. Kemudian mereka keluar dari kubur dan menimbunkan tanah
kepadanya. Para Malaikat mengajarkan semua itu kepada anak-anak Adam.
Mereka berkata, "Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian."



Yakni, cara yang Allah pilih untuk kalian dalam hal mengurusi mayat
kalian. Cara ini adalah syariat umum yang berlaku untuk seluruh Rasul
dan semua orang beriman di bumi ini, mulai sejak saat itu sampai
sekarang. Dan cara apa pun yang menyelisihinya berarti menyimpang dari
petunjuk Allah, yang besar kecilnya tergantung pada kadar
penyimpangannya. Barang siapa melihat tuntunan kaum muslimin dalam
urusan jenazah yang diajarkan oleh Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa Salam, maka dia pasti melihat kesamaan antara
hal itu dengan perlakuan para Malaikat kepada Adam.



Sepanjang sejarah, petunjuk ini telah banyak diselisihi oleh sebagian
besar umat manusia. Ada yang membakar orang mati. Ada yang membangun
bangunan-bangunan megah, seperti piramid, untuk mengubur orang mati
dengan meletakkan makanan, minuman, mutiara dan perhiasan bersamanya.
Ada yang meletakkan mayit di kotak batu atau kayu. Semua itu menuntut
biaya yang mahal dan hanya membuang-buang energi untuk sesuatu

yang tidak berguna. Dan yang paling utama, semua itu telah menyelisihi
petunjuk yang Allah syariatkan kepada mayit Bani Adam.



PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS



1. Disyariatkan menyiapkan mayit dan menguburkannya seperti disebutkan
di dalam hadis.

2. Sunnah terhadap mayit adalah petunjuk semua Rasul dalam setiap
syariat mereka.

3. Pengajaran Malaikat kepada anak-anak Adam tentang sunnah ini dengan
ucapan dan perbuatan.

4. Semua cara menangani mayit selain cara yang disebutkan di dalam
hadis di atas adalah

penyimpangan dari

manhaj dan petunjuk Allah.

5. Keutamaan bapak kita Adam, di mana para Malaikat mengurusi
jenazahnya, menshalatkannya dan menguburkannya.

6. Kemampuan para Malaikat untuk menjelma menjadi manusia dan
melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia.

7. Sudah munculnya beberapa peralatann sejak zaman manusia pertama,
seperti kapak, cangkul dan sekop.

8. Seseorang harus berhati-hati terhadap istrinya yang bisa menjadi
penyebab penyimpangannya. Adam memakan buah karena hasutan Hawa. Dan
Allah telah meminta kita agar berhati-hati terhadap sebagian istri dan
anak-anak kita, "

Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi
musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka." (QS.
At-Thaghabun: 14)



Sumber : Kisah-kisah Shahih Dalam Al-Qur'an Dan Sunnah oleh Syaikh
'Umar Sulaiman al-Asyqor

Copyright @ 2013 dunia bugil islam.